Rabu, 29 Oktober 2008

Pelucutan Kedaulan Suku dalam Bangsa

NKRI hanyalah kumpulan wilayah wilayah Bekas jajahan Belanda yang dipertahankan dalam bentuk Revoblik untuk menjamin Kepatuhan bangsa akan aturan kolonial

Pemberlakuan Pemerinahan Desentralisasi sebagai Bentuk upaya pelucutan kemardekaan suku Suku Di Nusantara.

Kalau dipandang sebagai aturan,di ibaratkan kebun, adat merupakan pagar, pembatas antara yang mana milik kita yang mana tidak boleh kita masuki. Pagar pembatas yang mana boleh dilakukan yang mana tidak boleh dilakukan.
Kalau dipandang sebagai kekayaan, adat merupakan pusaka yang diwariskan orang orang terdahulu kepada seluruh generasi dibawahnya, adat sebuah warisan yang tidak akan membuat anak cucu ribut karena rebutan. Ibarat sebatang durian yang buahnya bisa dipetik oleh semua anak cucu, dan cukup untuk sebanyak apapun anak cucu. Semakin dirawat semakin subur dan semakin panjang usianya, bisa dinikmati semakin banyak generasi berikutnya. Kalau setiap generasi merwatnya dengan baik, maka adat ini akan sampai pada generasi terakhir manusia.
Adat yang diapakai di pino raya. Kami tidak tahu sudah berapa puluh tahun usianya, sudah berapa generasi memakainya, yang kami tahu, adat tidak lagi tumbuh subur digenerasi ini, lantas siapa yang tidak merawatnya?
Yang pasti di generasi ini, adat sudah mulai tidak dapat dipetik buahnya lagi oleh seluruh masyarakat. Bahkan ada masyarakat yang sudah mulai berusaha membunuhnya. Jahat sekali.
Anak anak yang sekarang berusia 10 tahun, belum tahu yang mana adat yang diwariskan leluhurnya untuk mereka, mereka hanya melihat penyajian penyajian adat di televise televisi, sampai usia mereka remaja dan dewasa. Apa yang terlihat, terdengar dan ternikmati oleh mereka nantinya, maka itulah yang akan dianggapnya adab, budaya dan adat.
Kalau kita sekarang masih bisa menikmati seni budaya dan tata aturan adat, itu artinya generasi (era) sebelum kita telah berhasil memupuk dan mewariskanya utuh pada kita. Kalau sampai generasi berikutnya tidak lagi dapat menikmati keteraturan adat dan keindahan seni budaya, berarti kitalah yang gagal merawat dan mewariskanya.
Ada banyak orang mengeluhkan kondisi adat sekarang,ada banyak orang juga yang peduli dan berusaha memperjuangkan adat, secara serius dan mati matian, sampai dia benar benar mati tapi adat tidak pulih, kita menyampaikan penghargaan dan penghormatan setingi tingginya pada orang orang tua, tokoh adat yang dengan segala ketulusan dan dan rasa peduli tanpa pamrih telah berusaha memperjuangkan dan merawat adat ini. Banyak sekali pejuang pejuang ini, baik di desa desa, kecamatan maupun kota. Tapi perjuangan ini tidak kuat karena masih terpisa pisa,Masyarakat adat antar desa umumnya saling kenal dan mempunyai kedekatan yang cukup akrab. Hanya saja masing masing kekuatan ini tidak bersatu, upaya perjuangan adat masih terpecah pecah. Seperti lidi lidi sapu.
Kami, anak anak dari bapak bapak, cucu dari niniak, nakan dari mamak sekalian, dengan segalah kesadaran hati, dengan kebulatan tekat dan ketulusan berbuat, merasa perlu untuk berbuat bagaimana agar lidi lidi ini bersatu terikat menjadi sapu. Dapat berarti lebih luas, berguna lebih banyak dan bermanpaat kepada lebih banyak orang dan generasi.

Tidak ada komentar: