Rabu, 29 Oktober 2008

Adat Dan Negara

Perang Budaya antar Negara

Jauh sebelum Negara ini lahir, tidak sedikit peran fungsi adat dan masyarakat adat dalam mensukseskan perjuangan kemardekaan. Salah satu dasar utama pengakuan Bangsa bangsa luar akan keberadaan bangsa Indonesia, adalah karena keberadaan adat masyarakat adat di sepanjang kepulauan Nusantara sehingga membedakan kita dengan bangsa bangsa lain. Tetapi dalam perkembanganya, setelah negeri ini merdeka, jalanya pengakuan terhadap Republik Indonesia tidak sejalan dengan proses pengakuan terhadap masyarakt adat. Lebih menyedihkan lagi melihat sikap pemerintahan Indonesia sendiri yang malah tidak merespon kondisi adat.
Negara seolah kehilangan jati diri, semakin jauh Indonesia meninggalkan masa masa penjajahan, adat istiadat, seni budaya selaku dasar dan ciri khas Negara semakin tenggelam.
Tidak sedikit kemrosotan tatanan social ini yang diakibatkan sikap Pemerintah sendiri, Pemerintah tidak cukup jeli mengenali ancaman ancaman terhadap jati diri bangsa, dan tidak cukup hati hati mengambil kebijakan yang akan berdampak buruk terhadap kondisi dan tatanan soisal budaya masyarakat.
Negara mengutamakan pembangunan ekonomi dan politik, sehingga mengabaikan perhatian dan penanganan terhadap adat, proses inilah yang membuat Negara secara tidak langsung menggadaikan tatanan social masyarakat terhadap peradapan asing.
Social budaya masyarakat Indonesia di berbagai Negara juga di Pino Raya mulai mengalami pergeseran dari ketenangan tatanan social asli mengarah kepada tatanan social baru yang berkiblatkan kehidupan liberal (kebebasan )
Menyedihkan bila membayangkan Negara ini kedepan, bias dapat dipastikan bagaimana bentuk kehancuran prilaku, tata bahasa, Budaya dan adapt masyarakat.
Membayangkan setiap orang tua yang stress menghadapi sikap anak anaknya yang liar dan tak lagi menghargai keberadaan orang tua,
Membayangkan guru guru yang putus asa karena muritnya yang lagi menghormati mereka sebagai pendidik dan pengajar.
Membayangkan prilaku para remaja yang tak tau arah dan hilang pedoman dalam bersikap dan berintraksi dalam kehidupan sehari hari. Terperangkap narkoba, kecanduan alcohol dan penganut prilaku sex bebas. Dari hasil penelitian community trining Centere rentang tahun 2006 sampai dengan 2007 terhadap 30 pasang remaja yang menikah di pinoraya , 28 diantaranya mengaku telah hamil sebelum nikah. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kenyataan ini? Ini kesalahan kita semua, orang tua, pemuda, tokoh adapt, agama dan pemerintah. Kita tidak punya cukup kepedulian untuk berkerja sama mengurus daerah ini bersama sama.
Banyaknya penyimpangan prilaku remaja tidak bisa serta merta menyalahkan kaum muda itu sendiri. Kaum muda tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang adat bergaul, orang tua tidak punya cukup pengetahuan adat dalam mendidik anak anaknya, pedoman bersikap dan prilaku pergaulan remaja hanya didapat anak anak dari media media televisi, Koran, majalah, dan kecendrungan sikap teman temanya.
Jangan dipikir bawa kita memakai budaya asing dalam kehidupan sehari hari, tidak ada satupun nilai nilai peradapan asing yg kita pakai, kita menganut pola hidup tak berbudaya, tidak beradap, setiap budaya merupakan norma norma yang menjadi pedoman dan batas batas kehidupan. Saat kita bersikap tanpa batas, tanpa pedoman, maka itulah sikap yang tak berbudaya.
Bangsa bangsa eropa jauh sebelum masa penjajahan, telah kehilangan budaya asli mereka.
Kondisi di dunia eropa, merupakan hasil percampuran banyak latar belakan budaya manusia. Karena masyarakatnya sendiri merupakan percampuran pendatang pendatang. Seharusnya budaya masyarakat asli yang dijadikan pedoman. Tetapi ternyata kekuatan adapt budaya masyarakat asli mereka tergerus oleh kekuatan banyaknya orang asing yang hadir.
Contoh lebih dekat lagi, Ibu Kota Kita Jakarta, tanah aslinya milik masyarakat Betawi, budaya Betawi. Tetapi kondisi sekarang, tanah, budaya dijakarta dikuasai oleh kehidupan yang tak beradap. Prilaku sex bebas, tauaran, narkotika, pembunuhan, perampokan dan pemerasan terjadi dimana mana. Siapa yang kuat dan kejam, mereka yang berkuasa, pasar pasar, jalan, gang, terminal dikuasai oleh preman preman, polisi hamper tidak berdaya sama sekali. Masyarakat betawi menjadi tamu di tanah sendiri, mereka tersingkir dipinggir pinggir kota, dikolong jembatan, pinggir pinggir kali, rawa rawa. Masyarakat betawi terjajah oleh penjajah tak berbentuk, tak berdaya dilindas arus jaman, hanya karena mereka tidak mampu menunjukan eksistensi diri, tidak mampu menunjukan bahwa adapt mereka berkuasa di tanah mereka. Dimana tanah di pijak disana langit dijunjung. Seolah menjadi mimpi yang tidak akan pernah bisa mereka rasakan. Sudah teramat rumit untuk diurai lagi. Kehidupan eropa mengalami kemerosotan moral jauh diatas apa yang terjadi di Jakarta.eropa mulai merasakan jajahan budaya baru dimana china dan jepang paling berkuasa. Mereka (eropa) berusaha masuk esetiap Negara untuk mencari teman kehancuran peradapan mereka.
Fenomena jepang dan China sungguh luar biasa, dimana mereka mampu menguatan budaya dalam negeri mereka. Dan menjadikan peradapan mereka sebagai kiblat bangsa bangsa di dunia.
Kesadaran orang orang jepang di china mulai ditiru oleh beberapa Negara di asia tenggara seperti Malaysia, dengan mempromosikan budayanya kemana mana, dan berusaha menggali serta menguatkan budayanya. Bahkan berusaha merebut beberpa kekayaan budaya Indonesia dengan cara mengklaimnya sebagai budaya mereka. Sudah beberapa budaya asli Indonesia seperti batik dan Reog ponorogo serta kebudayaan melayu lainya yang telah dipatenkan atas nama Negara Malaysia, Budaya budaya kita sendiri tinggal menunggu waktu untuk menjadi kekayaan bangsa asing, karena kita sendiri sudah mulai meninggalkanya.
Menyedihkan membayangan anak cucu kita di generasi berikutnya, ketika mereka merindukan warisan nenek moyangnya yang berupa adat dan seni budaya, kekayaan itu telah dikuasai oleh bangsa asing.
Masih ada waktu untuk membuat kita tidak sampai pada kesedihan itu.

Tidak ada komentar: